Pertama kali Saya belanja online pada tahun 2013, saya beli gadget di Lazada. Dan itu pertama kalinya saya mentransfer duit ke rekening asing. Kalau ke rekening saudara sih, sudah biasa. Tapi kalau rekening asing yang belum saya kenali sepenuhnya itu bikin saya harap-harap cemas, nggak bisa tidur karena terus kepikiran sama duit yang sudah ditransfer. Namun, seminggu kemudian Alhamdulillah. Kasir JNE nelpon saya bahwasannya paket yang saya inginkan telah sampai.
Semenjak itu saya jadi ketagihan berbelanja online. Toko online yang sudah beberapa kali saya pakai yaitu Zalora. Walaupun harganya not recomended mahalnya, tapi kebebasan saya dalam melihat dan memilih-milih item yang akan dibeli itu tak ada batasnya. Di segi kualitas juga tidak diragukan lagi, secara situs online terbesar, barang dagangannya branded, hal itulah memicu niat saya untuk membelinya hanya dengan sentuhan jari di layar smartphone.
Namun, tibalah saatnya saya berpendapatan pas-pasan. Pakaian di lemari mulai berkurang dicolong adik, pengen beli online lagi takutnya saldo rekening tekor karena saya sedang berusaha ngumpulin duit lagi untuk bisa kuliah tahun depan.
Sudah hampir setahun saya nggak beli baju baru, jadi jangan heran kalau kamu lihat profil Facebook, Instagram dan Twitter saya pakai baju itu-itu saya, bahkan nggak pakai baju sama sekali. Kere banget, yah. Hahaha...
Ketika saya renungkan, sebenarnya saya punya duit lebih untuk beli pakaian di toko-toko fisik atau di pasar setiap minggunya. Padahal di daerah banyak toko pakaian, lho! Hanya saja, semenjak saya doyan belanja online, hidup serba online membuat saya jadi kurang terbiasa untuk belanja di tempat-tempat fisik tersebut. Bahkan untuk sekedar jajan saja, dulu saya orangnya periang dan paling suka bercanda sama penjual. Tapi semenjak serba online ini, saya merasa jadi orang yang paling garing di dunia ini.
Akhirnya tadi sore saya mantapkan niat untuk 'shopping' (bahasa anak orang kaya) di tempat yang jaraknya kurang dari 1Km dari rumah. Satu perubahan yang saya rasakan dengan diri saya yaitu kemampuan tawar-menawar. Dimana dulu saya mampu menurunkan harga 30%-50% (karena saya yakin si penjual pasti ngambil margin untung 2x harga awal). Sedangkan sekarang saya hanya bisa menawar 10% dan itupun penjualnya sendiri yang menawar.
Jadi pesan saya dari kasus ini, kurangilah kebiasaan berbelanja online dan cobalah lihat toko-toko yang ada di sekitar kita. Kenyataannya barang-barang yang kita cari di ranah online sebenarnya ada di sekeliling kita, bahkan stok yang melimpah.
Jika dunia maya bikin kamu anti sosial, hentikan sebisa mungkin. Perbanyak komunikasi dengan orang-orang terdekat walau sesulit apapun.
Dan mohon maaf, ini lagi curhat. Hehe...
0 comments:
Post a Comment