Kita semua pernah ada di posisi ini:
Punya ide bagus, niat tulus, atau ajakan yang logis banget tapi orang yang kita ajak justru makin defensif.
Padahal, menurut Robert B. Cialdini dalam buku Influence: The Psychology of Persuasion, saat seseorang merasa “dipaksa” bahkan untuk hal yang baik otaknya otomatis aktifkan resistensi.
Itu artinya: semakin kita terlihat ingin meyakinkan, semakin besar kemungkinan ditolak.
Jadi, kuncinya bukan di kalimat yang rumit, tapi di cara menyampaikannya.
Berikut ini 5 strategi halus tapi ampuh, biar kamu bisa membujuk orang tanpa harus maksa, ngegas, atau debat kusir:
1. Ajukan Pertanyaan, Bukan Pernyataan
Alih-alih bilang:
“Menurutku kamu harus lebih disiplin.”
Coba:
“Kamu sendiri ngerasa gak sih akhir-akhir ini waktumu kebuang ke mana-mana?”
Dalam buku Never Split The Difference karya Chris Voss (mantan negosiator FBI), teknik ini disebut calibrated question yaitu pertanyaan yang bikin lawan bicara mikir dari sudut pandangnya sendiri, bukan dari sudut pandang kita.
Orang lebih terbuka saat solusi terasa datang dari mereka sendiri, bukan disodorkan mentah-mentah.
2. Gunakan Cerita, Bukan Instruksi
Kata Simon Sinek di Start With Why, orang gak akan peduli apa yang kamu tawarkan, sampai mereka ngerti kenapa kamu menawarkan itu.
Dan cara paling ampuh membangun “kenapa” adalah lewat cerita pribadi.
Contoh:
Daripada bilang, “Kamu harus rutin olahraga.”
Coba cerita, “Gue tuh dulu gampang stres, tapi sejak jogging 15 menit tiap pagi kok kepala jadi lebih enteng ya.”
Cerita itu membujuk tanpa menggurui. Dan otak manusia jauh lebih responsif terhadap cerita dibandingkan perintah.
3. Tawarkan Pilihan, Jangan Paksa Satu Jawaban
Kalimat kayak, “Kamu harus pilih yang ini.” akan terasa mengancam ruang kendali seseorang.
Sebaliknya, beri pilihan yang tetap mengarahkan, misalnya:
“Mau mulai dari yang ringan dulu atau langsung ke yang kamu pengen coba banget?”
Menurut buku Nudge karya Richard Thaler & Cass Sunstein, memberi ilusi pilihan membuat orang lebih nyaman mengambil keputusan meskipun kamu tetap yang arahkan jalannya.
4. Gunakan Bahasa “Kita”, Bukan “Kamu”
Contoh kecil:
“Kamu sih gak disiplin.”
vs
“Kayaknya kita sama-sama sering ke-distract akhir-akhir ini ya?”
Penggunaan kata “kita” menurunkan jarak emosional. Menurut Dale Carnegie dalam How to Win Friends and Influence People, pendekatan kolaboratif jauh lebih efektif ketimbang konfrontatif.
Karena saat orang merasa tidak sedang disalahkan, mereka jadi lebih terbuka pada saran.
5. Beri Ruang Mundur dengan Elegan
Kadang niat baik kita gagal karena lawan bicara merasa “dipojokkan”.
Padahal, Cialdini menyarankan: selalu beri ruang bagi orang lain untuk menjaga harga dirinya.
Contoh:
“Kalau kamu belum siap sekarang juga gak apa-apa, yang penting kamu tahu aku dukung kalau nanti kamu butuh.”
Ini bukan tentang ngalah, tapi biar keputusan terasa bebas, bukan tekanan.
Membujuk bukan soal menang argumen, tapi soal membangun rasa aman.
Karena manusia lebih mudah diyakinkan saat mereka tidak merasa diserang.
Dari kelima cara ini, mana yang paling kamu sering gunakan (atau malah belum pernah coba)?
0 comments:
Post a Comment